Kamis, 23 Mei 2013

STENELLA COERUEUOALBA


Lumba-lumba bergaris (Stenella coeruleoalba)
Lumba-lumba bergaris digambarkan oleh Franz Meyen pada tahun 1833. Nama spesifiknya adalah coeruleoalba (dari bahasa Latin caeruleus ‘biru’ dan albus ‘putih’) mengacu pada karakteristik garis-garis biru dan putih di bagian sisi tubuh mereka.
Lumba-lumba ini memiliki ukuran dan bentuk yang sama dengan beberapa lumba-lumba lain. Namun warnanya sangat berbeda dan membuat mereka relatif mudah untuk dilihat di laut.


Bagian bawah berwarna biru, putih atau merah muda. Ada satu atau dua lingkaran hitam diseliling mata dan menuju ke bagian sirip. Lingkaran hitam ini melebar sesuai dengan lebar kedua sirip. Ada dua garis hitam dari belakang telinga, satu yang berukuran pendek menuju dan berakhir tepat di atas sirip. Yang lebih panjang berwarna lebih tebal di sepanjang sisi sampai lekukan di bawah perut sebelum ekor. Di atas garis-garis tersebut, berwarna biru terang atau abu-abu. Warna pelengkap lainnya adalah hitam.
Ukuran dewasa panjangnya adalah 2,4 m untuk betina dan 2,6 m untuk jantan dengan berat 150 kg (betina) dan 160 kg (jantan). Lumba-lumba jenis ini menyukai iklim tropis atau iklim sedang di perairan lepas pantai. Hal ini ditemukan dalam jumlah besar di Utara dan Selatan Samudra Atlantik, termasuk Mediterania dan Teluk Meksiko, Samudera Hindia dan Samudera Pasifik.
Lumba-lumba bergaris yang sudah dewasa makanannya adalah : ikan, cumi-cumi, gurita, dan lainnya. Lumba-lumba bergaris Mediterania mangsanya terutama, sedangkan lumba-lumba bergaris di timur laut Atlantik paling sering memangsa ikan cod. Mereka juga memakan cumi, crustasea dan ikan bertulang. Mereka mencari makan di mana saja, di mana mangsa terkonsentrasi dan mereka dapat menyelam hingga kedalaman 700 meter untuk berburu.
Jepang telah memburu jenis lumba-lumba ini yang berada di Pasifik Barat sejak tahun 1940-an, setidaknya 8.000 hingga 9.000 ekor tewas setiap tahun dan bahkan dalam satu tahun jumlah yang luar biasa bisa mencapai 21.000 ekor yang tewas. Sejak tahun 1980-an setelah diberlakukannya kuota, jumlah ini menurun menjadi sekitar 1.000 per tahun yang tewas. Aktivis konservasi prihatin mengenai populasi spesies di Mediterania yang terancam oleh polusi, penyakit, jalur ramai pelayaran dan penangkapan yang tak terduga dalam jaring ikan. 

2 komentar:

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...