Jenis lumba-lumba hidung botol (Tursiops truncates) atau
bottlenose dolphin adalah jenis ordo yang paling kecil dan paling dikenal bisa
dipergunakan sebagai pertunjukan.
Tubuhnya tegap dengan moncong yang pendek dengan sirip
punggung tinggi dibagian tengah punggung dan berujung agak bengkok seperti
sabit.
Warna kulit abu-abu terang hingga agak hitam pada bagian
punggung dan dari sisi-sisi berbayang ke arah putih pada bagian perut.
Lumba-lumba hidung botol hidup berkelompok. Induk dan anak-anak lumba-lumba dewasa selalu berasosiasi kuat dalam suatu kelompok, tetapi sering kali banyak didapati lumba-lumba dewasa berada dalam asosiasi dengan kelompok lain. Hal inilah yang membuktikan bahwa mereka memiliki daya adaptasi yang tinggi sehingga banyak yang dipelihara secara bebas dan mudah dilatih karena kecerdasannya yang tinggi.
Lumba-lumba hidung botol ternyata bisa membantu terapi pengobatan untuk beberapa jenis penyakit, terutama gangguan fungsi syaraf motorik.
Diantaranya autis dan down syndrom atau depresi berat.
Autisme adalah gangguan perkembangan yang kompleks,
disebabkan adanya kerusakan pada otak, atau merupakan gangguan neurobiologis
yang diakibatkan oleh pengaruh biokimia, lingkungan buruk, dan psikologis.
Anak mengalami gangguan seputar perkembangan komunikasi,
perilaku, kemampuan bersosialisasi, dan lain-lain.
Anak dengan gangguan autis dikenal sebagai pribadi yang tak
mampu berkomunikasi dengan orang terdekat sekalipun.
Anak autis juga tak mampu mengekspresikan perasaan dan
keinginannya, seringkali tertawa atau menangis sendiri.
Orang tua dari seorang anak yang menderita autis umumnya rela membayar betapapun asalkan anaknya bisa disembuhkan.
Namun sering kali sangat sulit menemukan terapi yang tepat
untuk menyembuhkan anak autis.
Kegemaran lumba-lumba bermain memudahkan hewan ini akrab
dengan manusia.
Hewan ini mampu mengirimkan serangkaian sinyal ultrasonik
untuk mendeteksi keberadaan benda di sekitarnya.
Otaknya yang lebih besar dari simpanse atau kera membuatnya
tergolong binatang cerdas
Di tubuh lumba-lumba terkandung potensi yang bisa
menyelaraskan kerja syaraf motorik dan sensorik penderita autis.
Sebab lumba-lumba mempunyai gelombang sonar yang dapat
merangsang otak manusia untuk memproduksi energi yang ada dalam tulang
tengkorak, dada, dan tulang belakang pasien sehingga dapat membentuk keseimbangan
antara otak kanan dan kiri.
Gelombang suara dari lumba-lumba juga dapat meningkatkan
neurotransmiter. Ketika berinteraksi dengan lumba-lumba, hormin endrofin pada
manusia meningkat.
Hal ini membuat terbentuknya keseimbangan antar otak kiri
dan kanan.
Lumba-lumba juga memiliki kemampuan melakukan terapi melalui totokan, gigitan halus, kibasan tubuh. Lumba-lumba akan menunjukkan reaksi dan mencoba berkomunikasi dengan pasien.
Mulai totokan dikaki, tubuh, kepala. Uniknya bagian tubuh
yang ditotok setiap harinya berbeda, sehingga tampak sistematis.
Ada beberapa tahap yang perlu dilalui pasien sebelum menjalani terapi lumba-lumba.
Tahap pertama adalah proses adaptasi dengan hewan ini.
Pasien di dalam kolam kan dikelilingi dan disentuhnya.
Biasanya adaptasi membutuhkan waktu 1 hari.
Pada tahap berikutnya selama mengelilingi pesien,
lumba-lumba akan mengeluarkan gelombang suara berfrekuensi tinggi untuk
mendeteksi bagian-bagian yang mengalami ganggua, yaitu bagian yang memiliki
tingkat kekentalan yang berbeda dengan bagian yang normal.
Pada terapi untuk autis, delapan faktor respons yang menjadi fokus pengamatan, yaitu komunikasi, emosional, fokus perhatian, percaya diri, kelincahan, koordinasi, kontak mata, dan ketenangan. Anak-anak autis tersebut mampu menerima stimulasi dan mulai memberi perhatian.
Dalam perkembanganya lumba-lumba tidak hanya diperuntukkan bagi anak-anak syndrom down dan autis saja, juga untuk orang dewasa yang mengalami gangguan mental dan sensor saraf indra.
Lumba-lumba bisa
dijadikan sarana terapi karena mampu berinteraksi dengan manusia.
Penelitian terhadap ikan lumba-lumba sebagai terapi ini memang kan terus dikembangkan.
Diprioritaskan untuk mengetahui pola spektrum dari gelombang
suara dari hewan ini, yakni pola seberapa besar spektrum frekuensi gelombang
suara dari lumba-lumba untuk terapi berdasarkan jenis penyakit pasien. Karena
dari hasil rekaman gelombang sonar frekuensi gelombang suara memang ada yang
berbeda untuk tiap jenis penyakit.
Lumba-lumba yang bisa dilatih untuk melaksanakan terapi
adalah jenis jantan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar